GenPI.co Jatim - Muji Santoso, seorang seniman jalanan asal Surabaya yang sukses mencuri perhatian warga di CFD.
Kesenian yang dibawakan Muji Santoso pada car free day (CFD) adalah wayang bergenre Eropa.
Cerita yang disuguhkan Muji Santoso banyak, beberapa di antaranya, Anak Itik Buruk Rupa yang merupakan dongeng asal Denmark.
Dia membawakan cerita Anak Itik Buruk Rupa itu secara runtut, mulai si itik menetas, diasingkan saudara-saudaranya, berubah menjadi seekor angsa yang rupawan, hingga menemukan jodoh.
Menariknya, dogeng yang dia bawakan itu melalui boneka marionette.
Muji Santoso tak hanya menyuguhkan wayang yang dipertunjukkan melalui boneka marionette saja, melainkan diselingi dengan pertunjukkan musik.
Setiap karakter dibuat mirip dengan karakter yang diceritakan. Setiap alur dibarengi dengan musik yang terasa pas.
Keberadaan Muji dengan pertunjukkan wayangnya itu sukses menyedot perhatian pengunjung CFD Jalan Darmo. Terutama para anak-anak.
"Jadi, kalau saya bercerita yang asli (seperti) pendongeng, sepertinya kurang menarik. Oleh karena itu, saya kolaborasikan dengan (boneka) marionete ini agar lebih entertain atau menarik," kata Muji kepada GenPI.co Jatim, Minggu (17/7).
Sementara itu, dia mengaku, pertunjukkan ini rutin digelarnya setiap pelaksanaan CFD atau tepatnya saat Minggu pagi.
"Iya sekitar sini saja (CFD Jalan Darmo). Memang awalnya ini (konsep) street show (pertunjukkan jalanan). Jadi, keliling terus," jelasnya.
Ditanya perbedaan pertunjukkan wayang yang digelar di negara eropa dengan asia, yakni pada teknik membawaknnya.
Jika di asia dalang akan cenderung duduk, hal itu berbeda dengan di amerika. Sebab dalang bakal berdiri saat show berjalan.
"Kalau di jalan jalan US memang berdiri dalangnya, kalau di Asia semua dalangnya duduk," terangnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News