Kisah Bu Dhian Pertahankan Usaha Otak-Otak Bandeng Saat Pandemi

02 Agustus 2022 13:00

GenPI.co Jatim - Dhian Kusuma berbagi pengalamannya suka dukanya menjalankan usaha kuliner otak-otak bandeng.

Dukanya ketika pandemi menghantam usahanya. Awal Covid-19 mewabah, dagangannya masih bisa mendapatkan pesanan, bahkan hingga dikirim ke luar kota.

"Tahun pertama pandemi itu ramai, kita bisa kirim ke Bandung, Jogja lumayan bisa kirim sekitar 10-20 ekor seminggu sekali," kata Dhian kepada GenPI.co Jatim, Senin (1/8).

BACA JUGA:  Kisah Sukses, Kue Lumpur Bu Lilik Mampu Bertahan Saat Covid-19

Namun, hal itu tak bertahan lama. Tahun kedua pandemi omzetnya turun drastis. Bisa 50 hingga 60 persen.

Pembeli sepi, usahnya melesu. Dhian mengaku sempat kebingungan menghadapi kondisi ketika itu.

BACA JUGA:  Kisah Karomah Gus Dur, Sungkem dengan Wanita Berkonde Misterius

Wanita asal Petemon, Surabaya ini akhir mengurangi jumlah produksi otak-otak bandengnya. Dia harus memutar otak agar usahanya tetap berjalan. 

Jika tak dalam kondisi pandemi, dalam hitungan hari, Dhian bisa menjual antara 10-15 kilo otak-otak bandeng. Saat Covid-19 melanda, semuanya berbeda. Dagangannya itu baru benar-benar habis selama sebulan.

BACA JUGA:  Pengusaha Kue Lumpur Sidoarjo Berbagi Kisah Sukses, Konsisten

"Produksi jelas dikurangi saya tidak berani nyetok banyak-banyak. Biasanya 10-15 kg itu habis 3-4 hari ini bisa sampai sebulan baru habis," ujarnya.

Meski pandemi jadi kendala besar, Dhian tak mau pasrah beragam cara pemasaran ditempuh.

Suatu hari, ketika stok otak-otak bandengnya habis, pesanan dari pelanggan datang secara tiba-tiba dalam jumlah besar. Dia mengaku kaget. 

"Pernah waktu itu kehabisan stok ada yang meminta pesanan dadakan dari Kediri mau borong 10 ekor," ungkapnya.

Perkotak otak-otak bandeng produksi Dhian dijual seharga Rp55 ribu.

Dia merasa bersyukur. Rezeki tak pernah bisa ditebak, selalu ada jalannya sendiri. "Alhamdullilah bisa ada penghasilan waktu itu, enggak nyangka juga aku," ujarnya.

Kini usahanya yang mulai dijalankan sejak 2000 itu perlahan mulai bangkit, seiring mulai meredanya pandemi Covid-19. 

Pesanan yang datang kebanyakan dijadikan oleh-oleh, bahkan hingga ke luar negeri.

"Kebetulan adik saya pernah dibawa ke Jerman, Belanda, Hongkong. Cuma, kami belum ekspor, masih by order dan oleh-oleh," jelasnya. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM