GenPI.co Jatim - Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga atau Unair Suko Widodo ikut angkat bicara mengenai meme stupa Candi Borobudur oleh Roy Suryo.
Dia menilai, yang dilakukan tersebut kurang etis. Justru ekspresi yang dikeluarkan berpotensi terjadi pelanggaran etika komunikasi.
"Candi Borobudur ini tempat suci. Cara kritik atau pesan yang disampaikan juga tidak elok sesuai dengan etika,” ujarnya, dilansir dari keterangan resmi di unair.ac.id, Kamis (4/8).
Sebagai tempat suci, Candi Borobudur harus tetap dihormati. Kritik yang ada di meme tersebut justru merusak marwah orang maupun tempat suci.
Suko Widodo menyampaikan, meme harusnya digunakan dengan batasan candaan.
Dia menyebut, pemilihan candaan meme ini penting, mana yang dapat dinikmati kalangan tertentu dan mana untuk ruang publik.
“Seringkali banyak yang tidak melihat batasan itu. Dan, itu (meme sebagai candaan, red) harus ada pertanggungjawabannya,” tegasnya.
Dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut membeberkan fakta mengejutkan. Dirinya menyampaikan bahwa cara berekspresi masyarakat Indonesia di sosial media termasuk dalam negara tidak sopan di dunia.
Pemicunya, kurangnya literasi digital yang dimiliki masyarakat terhadap berekspresi di media sosial.
“Kita ini masih belum siap sebenarnya dengan kecepatan teknologi, apalagi norma sosial di sosmed masih belum terbentuk, dan undang-undang seperti ITE masih belum sempurna,” katanya.
Masyarakat masih culture shock atau gegar budaya terhadap teknologi tidak dibarengi dengan kemajuan berpikir. Selain itu, juga kurang bijaknya menggunakan sosial media.
Suko menyarankan untuk memasukkan komunikasi digital ke dalam kurikulum pendidikan sejak dini. Karena penting untuk didapatkan sejak sekolah dasar dan menengah.
“Tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya pengurangan krisis literasi digital yang juga dialami oleh anak-anak remaja,” paparnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News