GenPI.co Jatim - Petani garam di Sidoarjo harus memanen lebih awal untuk mencegah rugi akibat cuaca yang tidak menentu.
Hal ini disampaikan oleh salah seorang petani garam asal Kecamatan Sedati, Asmuni yang memutuskan memanen garamnya.
Panen garam lebih awal dikatakannya mengakibatkan pengaruh pada kualitas garam.
"Kalau waktu panennya lama itu aramnya bagus, kasar-kasar atau besar-besar. Perbedaannya kalau harinya sedikit garamnya kurang kasar atau kurang bersih," katanya, Minggu (28/8).
Dia mengatakan, para petani mulai kerja ketika masuk kemarau, yakni pada Juli, namun selalu diselimuti mendung dan kerap diguyur hujan.
Curah hujan yang tinggi dikatakannya dapat membuat garamnya rusak.
Hal ini juga berimbas pada lahan seluas 1 hektare yang dikelola Asmuni. Dia harus memanen empat kali selama sebulan.
Selain terpaksa memanen garam karena cuaca tak menentu. Petani juga sedang dibayang-bayangi harga jual yang anjlok.
Sebagai informasi, pada tahun 2021, tengkulak membeli garam dari petani antara Rp 1.400 - Rp 1.550 per kilogram.
Nyatanya di awal panen garam kali ini, tengkulak justru berani membeli lebih tinggi, yaitu mencapai Rp 1.600 per kilogram.
"Sekali panen kadang saya dapat garam sebanyak 100 karung, itu 5 ton. 1 ton harganya Rp 1,6 juta," ucap Nurhayati, salah seorang tengkulak yang mengepul hasil panen garam di kawasan tambak Sedati, Sidoarjo. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News