Kisah Sukses Pengusaha Surabaya, Bermula dari Pesan Menohok Tri Rismaharini

10 September 2022 07:30

GenPI.co Jatim - Pengusaha asal Surabaya, Novita Rahayu Purwaningsih kini sudah sukses mengembangkan bisnis fesyen.

Namun siapa sangka, di balik kesuksesannya itu ada pesan menohok dari mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Ketika itu wanita yang sekarang menjabat sebagai menteri sosial memberikan pesan sederhana namun memiliki makna mendalam.

BACA JUGA:  Kisah Sukses Bayu, Pertahankan Sanggar Karawitan Saat Pandemi Covid-19

"Bu Risma selalu bilang kenapa sih kalian puas menjadi karyawan, kenapa kalian bukan yang jadi bosnya," kata Novi kepada GenPI.co Jatim, Jumat (9/9).

Memang pesan tersebut tidak secara langsung diberikan oleh Bu Risma, namun kena di hati Novi.

BACA JUGA:  Kisah Sukses, Mahasiswi FISIP UB Buka Usaha Saat Pandemi Covid-19

"Setelah berkali-kali mendengar Bu Risma mengatakan itu, aku baru tersadar karena posisinya memang saat itu aku seorang karyawan," ujarnya.

Novi yang sejak awal bekerja di dunia industri, yakni sejak 2005 hingga 2014 langsung banting setir menjadi pengusaha di bidang fesyen.

BACA JUGA:  Kisah Sukses, Pengusaha Muda Surabaya Hasilkan Belasan Juta dari Hampers

Pilihan menggeluti dunia fesyen bukan tanpa alasan. Dia menjelaskan, ibunda merupakan seorang penjahit.

"Dari situ aku mendalami, langsung ada keinginan untuk membuat (pakaian, red) yang berbekal kain seadanya. Ibuku juga seorang penjahit," ungkapnya.

Setahun setelah memilih hengkang dari pabrik tempatnya bekerja atau tepatnya pada 2015, dia pun memilih untuk menyelami dunia fesyen.

Brand yang didirikannya, yakni Vira Couplewear.

Bermodal kemauan keras hasil sentilan dari Tri Rismaharini, membuat Novi perlahan mulai mengembangkan bisnis. Hingga pada 2016, dia bergabung dengan komunitas UMKM.

Setahun berselang, dia juga kembali dipertemukan dengan Tri Rismaharini.

Novi diminta memberikan testimoni dihadapan Tri Rismaharini dan banyak khalayak, soal Program Pejuang Ekonomi.

Apa yang dikatakan Novi saat itu membuat banyak orang terbelalak.

"Saya dulu usaha sendiri dengan penghasilan Rp 2,5 sampai Rp 3 juta, setelah saya mengikuti pejuang ekonomi, Alhamdulillah omzet saya bisa naik sampai Rp 9 juta. Semua langsung kaget dan mengapresiasi saya," ungkapnya.

Novi kemudian juga mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah mode terkemuka di Kota Pahlawan, pada 2017 hingga 2019.

"Bu Risma bilang mau mencarikan uang untuk menyekolahkan saya untuk kursus menjahit di sekolah mode di Surabaya. Saya langsung kaget," ungkapnya.

Modal ilmu dan pengalaman 3 tahun di sekolah mode itu dijadikannya modal tambahan untuk memperbesar usaha fesyen.

Usai lulus sekolah mode pada November 2019, Novi akhirnya bisa membuka stand pertamanya di lantai dasar salah satu Mal di Surabaya. Namun, hal itu tak bertahan lama.

Penyebabnya, pandemi covid-19. Usahnya dipaksa mengikuti kondisi keadaan yang ada. Bulan ketiga awal 2020 pemerintah juga memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Tak sampai setahun buka dia sudah merugi sebesar Rp 4,5 juta. Toko pertamanya itu pun tutup. Novi terpaksa merumahkan karyawannya.

Dia kemudian kembali banting setir, namun dunia yang digelutinya sama, yakni menjahit. Hanya garapannya saja yang beda.

"Jadi sempat waktu pandemi dapat orderan APD masker," ungkapnya.

Pandemi yang diperkirakannya hanya muncul beberapa bulan, ternyata bertahan begitu lama.

Dia putar otak, sebab tak mungkin hanya mengandalkan garapan pembuatan APD saja untuk menyambung hidup.

Akhirnya, Novi pun memilih untuk membuka bisnis sampingan menjual kain untuk bahan baju secara online.

"Akhirnya aku berpikir lagi aku harus kulakan kain saja, tetapi yang kualitasnya tidak kalah dengan yang di jual di marketplace. Akhirnya dari situ aku rajin posting," kata dia.

Pasca pandemi mereda, Novi yang kini juga menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif Indonesia Fighter Tourism Association (IFTA) ini, kemudian kembali mencoba membuka toko baju. Lokasinya sama, tetap di mall tempatnya dulu membuka usaha.

"Akhirnya memberanikan diri buka stand lagi di ITC dengan harapan toko offline dan online jalan," terangnya.

Berkat usaha kerasnya, sekaligus moda wejangan Risma dan pengalaman menempuh pendidikan di salah satu sekolah mode, dia kini bisa merasakan hasilnya.

Sebulan saja, Novi bisa menghasil omzet sekitar Rp 3-4 juta dari jualan online. Sedangkan, dari tokonya penghasilnnya bisa mencapai belasan juta.

"Waktu puasa pernah naik 50 persen juga," ungkapnya.

Ada satu pesan yang disampaikan oleh Novi, menurutnya mendirikan usaha tak boleh terjebak di dalam satu cara yang sama.

"Iya intinya, itu harus berani inovasi. Sekarang ini kan ada online ya coba saja. Terus, kalau buat produk baju harus inovatif, terus belajar dan itu gak ada ruginya," jelasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM