GenPI.co Jatim - Radikalisme menjadi momok pemecah persatuan bangsa Indonesia. Kebanyakan, paham ini menyasar anak muda terutama mahasiswa.
Dosen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya atau UB Malang Yusfil Effendi mengatakan, radikalisme bisa tumbuh subur di perkotaan.
sifat individualisme masyarakat kota bisa menjadi celah radikalisme masuk.
Namun, Yusril punya solusinya. Dia mengatakan, radikalisme bisa dicegah dengan budaya lokal.
"Kita butuh pengawasan berbasis masyarakat atau komunitas dan berbasis budaya dalam hal ini masyarakat atau tetangga itu harus mengetahui," ucap Yusfil pda GenPI.co Jatim, Sabtu (17/9).
Pengawasan berbasis budaya ini bisa dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal yang sudah ada sejak dahulu.
Pager Mangkok misalnya yang digagas oleh Sunan Muria. Yusril menyebut, budaya ini memungkinkan u=masyarakat untuk memperkuat hubungan bertetangga atau bermasyarakat pada asas simbiosis mutualisme.
Dalam jangka panjang, bisa mengikis paham radikal yang mulai mencemari persatuan.
"Misalnya bisa mengantarkan makanan ke tetangga dengan demikian bisa kenal satu sama lain. Karena ada sifat masyarakat yang jarang bersosialisasi, dengan demikian pendekatan itu bisa dilakukan," pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News