Kisah Sukses, Batik Ecoprint Yayuk E Agustin, Hasilkan Cuan Puluhan Juta

11 November 2022 14:00

GenPI.co Jatim - Batik ecoprint saat ini sedang menjadi primadona dikalangan penggemar fesyen.

Salah satu desainer batik ecoprint Yayuk E Agustin sukses besar mengembangkan batik dengan konsep ramah lingkungan itu.

Pada awal merintis karier, Yayuk memulainya dari ikut dalam even yang digelar Pemkot Surabaya, namanya Surabaya Smart City pada tahun 2019.

BACA JUGA:  Perguruan Tinggi di Jawa Timur ini Lulusannya Mudah Mencari Pekerjaan

"Jadi, setiap kampung harus punya produk unggulan. Akhirnya kita coba bikin eco print," kata Yayuk kepada GenPI.co Jatim, Jumat (11/11).

Pasca even berakhir, Yayuk kemudian melanjutkan bisnisnya itu, sekaligus melakukan riset soal seluk beluk ecoprint.

BACA JUGA:  Kisah Sukses Pedagang Durian Banyuwangi, Ketekunannya Berbuah Cuan

"Saya pelajari tentang itu (ecoprint, red), ternyata banyak di kawasan Eropa. Daerah sana itu suka dengan ecoprint karena kan non chemical (tanpa bahan kimia, red)," terangnya.

Hasil pencarian keunikan ecoprint ditemukan, yakni dari pewarnaan yang menggunakan bahan dasar warna tumbuhan.

BACA JUGA:  Kisah Sukses Batik Wistara, Ada Andil Masyarakat Disabilitas

Motif yang tercetak pun menampilkan bentuk-bentuk unik, tergantung jenis daun yang digunakan.

Produknya itu juga sudah mengantongi sertifikasi ramah lingkungan.

"Seperti daun jati, kedodondong, dan sawo kecik. Kemudian, eucalyptus dan jilidri juga bisa digunakan sebagai pewarna kain," ungkapnya.

Dia juga menjelaskan, kebutuhan bahan kain tergantung dari motif apa yang ingin dikerjakan.

"Kalau motif biasa ya sedikit, kalau motif rumit ya banyak," lanjutnya.

Proses pewarnaannya, kata Yayuk, daun yang akan digunakan terlebih dahulu direndam dengan air.

Selanjutnya, bahan itu langsung ditempelkan ke kain yang sudah dipersiapkan.

Pengerjaan setiap produk ecoprint dilakukan secara manual.

"Setiap daun dan tumbuhan itu punya karakteristik masing-masing. Termasuk daun-daun bahan jamu itu juga bisa," jelasnya.

"Kesulitannya karena semua bahan-bahan harganya naik dan pemasarannya juga. Karena ini kearifan lokal ini semua dikerjakan manual," tambahnya.

Sementara itu, dalam sehari Namira Ecoprint bisa memproduksi sekitar empat produk. Harga yang ditawarkanpun beragam, tergantung jenis kain yang digunakan.

Yayuk bisa memperoleh omzet hingga puluhan juta dari hasil usaha ecoprint miliknya.

"Kalau katun Rp 600 ribu (ukuran, red) 2,4 meter. Kalau sutera minimal harga Rp 1,5 juta, kalau yang bagus itu bisa Rp 2 juta. Jaket ini juga bisa sampai Rp 3 juta. Omzet sebulan bisa sampai Rp 85 juta," ungkapnya.

Nah bagi yang penasaran dengan produk Namira Ecoprint bisa langsung mengunjungi outlet di Jalan Wisma Kedung Asem Indah, Surabaya maupun mengunjungi laman akun instagram @namira.ecoprint. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM