GenPI.co Jatim - Surabaya didesain kota antibanjir sejak masa kolonial Belanda. Kota ini memiliki jaringan gorong-gorong peninggalan Belanda yang terhubungan dengan Sungai Kalimas.
Pemkot Surabaya aktif mencari keberadaan gorong-gorong peninggalan Belanda untuk mengatasi banjir, khususnya di tengah kota.
Salah satu titiknya berada di Jalan Embong Malang, Bubutan, dan Jalan Pahlawan.
Pegiat sejarah Surabaya, Nur Setiawan menduga, sistem gorong-gorong dibuat Belanda saat kota ini mulai dilakukan pengaspalan.
Pada Tahun 1910 mulai dilakukan pembangunan besar-besaran. Jalanan yang sebelumnya tanah dilakukan pengaspalan.
Namun, rupanya Pemerintah Kolonial Belanda kala itu sadar kalau Surabaya memiliki ketinggian hampir sama dengan permukaan air laut.
Karena itu dibangunlah gorong-gorong yang tingginya mencapai 3-4 meter dengan diameter cukup lebar. Muat dilintasi mobil.
Dia menyebut, saluran air tersebut dibangun di tengah kota hingga ke arah Utara. Rata-rata posisi letaknya ada di tengah kota.
Gorong-gorong Jalan Bubutan memiliki alur menuju Jalan Praban, Tembok, dan Tugu Pahlawan. Total panjang simulasi empat ruas sekitar satu kilometer lebih.
Nur mengatakan, gorong-gorong tersebut alurnya mengikuti jalan. Salah satunya Rumah Pompa Kenari yang terhubung dengan gorong-gorong Embong Malang hingga BG Junction dan bermuara di Sungai Kalimas belakang Gedung Negara Grahadi.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Lilik Arijanto mengaku tengah mencari gorong-gorong peninggalan Belanda di wilayah Blauran sampai Kranggan.
Dia berharap, keberadaannya masih bisa dideteksi, mengingat kawasan tersebut rawan banjir.
Selama ini, kata Lilik, air yang menggenangi kawasan tersebut dibuang ke Bozem (penampungan air) Morokrembangan. Padahal, lokasinya terbilang cukup jauh dengan Jalan Blauran. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News