GenPI.co Jatim - Jumlah kasus stunting di Surabaya dalam dua tahun terakhir turun sebanyak 11 ribu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya Tomi Ardiyanto mengatakan terus menekan angka stunting.
Berikut ini adalah empat cara yang dilakukan Pemkot Surabaya melalui DP3A-PPKB dalam menekan angka stunting.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membagikan sekaligus sosialisasi manfaat tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri.
Pemberian TTD ini rutin seminggu satu kali kepada remaja putri di sekolah atau bisa mengambil di puskesmas seluruh Surabaya.
"Selain itu ada juga kegiatan Krida Gizi yang dilakukan oleh Saka Bakti Husada. Ada pula pemeriksaan kesehatan anak usia sekolah," kata Tomi, Minggu (27/11).
Cara berikutnya untuk menekan angka stunting, Pemkot Surabaya melakukan sosialisasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) kepada calon pengantin.
Sosialisasi ini sekaligus memberikan pendampingan 1.000 HPK kepada calon pengantin.
Pemkot Surabaya memberikan Taburan Ceria (Taburia), yakni berupa multivitamin dan mineral untuk balita.
Selain itu diberikan juga menu sehat untuk ibu balita serta mengajarkan memasak makanan sehat, memberi makanan stunting, Kampung ASI.
Kemudian ada pula Jago Ceting yang digerakkan PKK, imunisasi dan aksi konvergensi penanganan stunting.
Pemkot Surabaya secara rutin melakukan kegiatan Rembuk Stunting mulai tingkat kota hingga kampung-kampung.
"Konvergensi ini bisa memecahkan masalah yang ditemukan dengan intervensi sensitif mencapai 70 persen dan spesifik 30 persen, sesuai masing-masing wilayah di kelurahan dan kecamatan," jelasnya.
Nah keempat cara Pemkot Surabaya, Tomo menjelaskan, berhasil mengurangi stunting dari 12.788 anak pada 2020 menjadi 6.722 pada 2021.
Seiring berjalannya waktu, per Oktober 2022 jumlah balita stunting turun menjadi 1.055 balita. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News