GenPI.co Jatim - Pemkot Surabaya mengeklaim angka stunting turun drastis dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Berdasarkan data dari Pemkot Surabaya angka stunting pada 2020 sebesar 12.788 kasus. Setahun kemudian, tepatnya pada 2021 turun menjadi 6.722 kasus.
Tahun ini, hingga Oktober angka stunting tercatat 1.055 kasus. Artinya, turun jauh daripada 2021.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya Tomi Ardiyanto mengatakan, turunnya angka stunting tersebut lantaran beberapa upaya yang telah dilakukan.
DP3APPKB Kota Surabaya mengeluarkan delapan aksi konvergensi, salah satunya rembuk stunting hingga di tingkat kecamatan dan kelurahan.
Program tersebut memunculkan sejumlah langkah pemecahan masalah untuk menekan angka stunting di Kota Pahlawan.
"Pemecahan masalah yang ditemukan dengan intervensi sensitif mencapai 70 persen dan spesifik 30 persen, sesuai masing-masing wilayah di kelurahan dan kecamatan," kata Tomi, Senin (28/11).
Selain itu, cara lain untuk menekan angka stunting di antaranya, pembagian dan sosialisasi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri di masing-masing puskesmas.
Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada calon pengantin melalui program pendampingan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk menekan stunting.
"Ada juga giat Krida Gizi yang dilakukan oleh Saka Bakti Husada. Ada pula Pemeriksaan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah," kata
Tomi menambahkan, penurunan stunting juga tak lepas dari program edukasi berupa capacity building bagi 6.642 TPK.
"Selain itu juga melakukan memimpin program Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting)," ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News