Saksi Aremania Gambarkan Suasana Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022

19 Januari 2023 21:00

GenPI.co Jatim - Tiga saksi korban dari Aremania dihadirkan dalam sidang lanjutan Tragedi Kanjuruhan, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (19/1).

Saksi Aremania, yakni Eka Sandi, Estu Aji Kuncoro, dan Sayifudin. Mereka kompak memberikan kesaksian terkait penggunaan gas air mata.

Eka Sandi mengaku, melihat pihak aparat pengaman melakukan penembakan gas air mata. "Yang nemabak pakai helm, rompi hitam," kata Eka di Ruang Cakra PN Surabaya.

BACA JUGA:  Cerita Eka Sandi Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan, Lemas Terkena Gas Air Mata

Tembakan pertama yang dilihatkan, yakni ke arah tengah lapangan. Sebelum kemudian menembakkan ke arah tribune penonton.

"Kedua ke arah tribune 3 atau 4 arah utara, ketiga di tribune 7, keempat 9-10. Ke tribune 13 saya sudah kena," katanya.

BACA JUGA:  Polisi Beri Kesaksian Detik-Detik Mencekam di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan

Setelah tembakan itu, dia mengaku terjatuh dari tribune tempatnya berada. Kondisi saat itu tak diketahuinya sama sekali. Bagian wajah dan mukanya terasa panas. Tubuhnya juga lemas.

"Setelah itu saya diamankan petugas di atas sendiri di bawah bendera. Petugas baju cokelat," ungkapnya.

BACA JUGA:  Kesaksian Pemilik Warung Saat Tragedi Kanjuruhan, Dengarkan Banyak Jeritan

Eka mengaku, bisa keluar dari area dalam Stadion Kanjuruhan melalui pintu darurat. "Saya keluar lewat pintu darurat pintu 14 pojok bawah, yang biasa untuk ambulance. Pintu gerbang A," ungkapnya.

Dia kemudian menjalani rawat inap di Rumah Sakit Hasta Brata, Kota Batu selama 3 hari.

"Suratnya yang keluarkan hastabrata. Saya 3 hari di rawat inap. (Teman-teman, red) enggak apa-apa. Cuma (keluhan, red) pernapasan saja, red)," ujarnya.

Saksi korban kedua, yakni Estu Aji Kuncoro mengungkapkan, melihat asap yang muncul dari tribune nomor 13. Namun, dia tak melihat dari arah mana gas air mata itu ditembakkan.

"Lihat asapnya saja, yang nembak enggak lihat. Asap dari (tribune nomor, red) 13," jelasnya.

Sama seperti Eka, Estu juga menyelamatkan diri melalui jalur darurat yang biasa digunakan ambulance.

"Menyelamtkan diri, saya lewat pintu utama lewat jalannya ambulance. Lebih longgar lewat sana," ujarnya.

Tak berselang lama, dia kemudian mengaku merasa mual dan memutuskan untuk membeli air mineral. Selain itu, ada sesak yang juga dirasakannya.

Dia juga mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hasta Brata, Kota Baru. "Muntah-muntah saya. Sempat ke rumah sakit, minggu malamnya 2 (Oktober, rd), ke rs Hasta Brata. Rawat inap 3 hari 2 malam, sesak," terangnya.

Terakhir, ada saksi korban Ahmad Syaifudin. Saat pertandingan dia masuk melalui pintu 14 sekitar pukul 18.00 WIB. Saat itu, kondisi tribune masih sepi.

Ketika kondisi mulai panas. Di berhasil meninggalkan stadion juga melalui pintu 14. "Saya keluar lebih dulu," ujarnya.

Setelah keluar dari stadion, dia berjalan hingga ke depan lobby. Kemudian juga membeli minum. Di saat itu lah dia mendengar adanya tembakan. Asap kemudian muncul tepat di depannya.

"Itu tembakan di luar stadion tepat jatuhnya di depan saya, area parkiran," terangnya.

Dia awalnya tak mengetahui jika asap itu berasal dari gas air mata. "Enggak tahu itu apa, saya kira petasan. Ada yang bilang gas air mata," ujarnya.

Alhasil, dia pun lari mencari titik aman. Namun, gas air mata kembali mengenainya. "Setelah lari kenak lagi di Tugu Selamat Datang," jelasnya.

Kondisinya, saat itu pun lemas. Kemudian dia juga mengalami sesak napas. "Enggak (melihat apa-apa, red), soalnya enggak bisa melihat," lanjutnya.

Dia pun akhirnya menjalani perawatan ke Rumah Sakit Hasta Brata. "Diantarkan istri ke Hasta Brata, rawa inap tiga hari," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM