Heboh Gunung Bawah Laut di Perairan Pacitan, Berikut Fakta-Faktanya

19 Februari 2023 15:00

GenPI.co Jatim - Tim survei dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) Badan Informasi Geospasial (BIG) menemukan adanya gunung bawah laut di perairan Pacitan.

Temuan tersebut mengundang banyak perhatian dari para pakar, salah satunya Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Lantas seperti apa gunung bawah laut yang ada di Pacitan tersebut, berikut ini beberapa fakta mengenainya.

1. Memiliki ketinggian 2.200 meter

BACA JUGA:  Longsor di Trenggalek, Jalur Dekat Perbatasan dengan Pacitan Putus

Tim survei dari PKLP BIG menyebut, gunung tersebut berada di dasar laut dengan kedalaman sekitar 6.000 meter. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.200 meter, dengan puncak gunung berada pada kedalaman sekitar 3.800 meter.

“Gunung bawah laut yang baru ditemukan ini berada sekitar 260 kilometer di selatan Kabupaten Pacitan, tepatnya berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Koordinator Pemetaan Kelautan BIG Fajar Triady Mugiarto, Senin (13/2).

2. Sudah diindetifikasi sejak 2006

BACA JUGA:  AHY Minta Kantor DPC Demokrat Pacitan yang Baru Terbuka untuk Rakyat

Atas temuan tim PKLP BIG, Dosen Teknik Geologi ITB Dr. Mirzam Abdurrachman angkat bicara. Menurutnya, gunung bawah laut tersebut sudah diidentifikasi sejak 2006 dan minim potensi letusan.

“Sebenarnya tonjolan-tonjolan ini udah teridentifikasi sejak 2006 silam,” kata dia, Sabtu (18/2).

3. Berkaitan dengan zona subduksi di selatan

Doktor Mirzam menjelaskan, keberadaan gunung api yang ada di Pulau Jawa erat kaitannya dengan subduksi di selatannya.

BACA JUGA:  Hujan Lebat, Jalur Desa di Ponorogo-Pacitan Ambles, Aktivitas Warga Terganggu

"Subduksi dimulai kurang lebih sejak 55 juta tahun lalu sehingga menghasilkan magmatisme yang kemudian muncul ke permukaan sebagai gunung api yang terbentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur," kata Dr Mirzam.

Secara umum orang akan berpikir gunung api selalu memanjang dari barat ke timur, akan tetapi sebetulnya tidak selalu membentuk garis lurus. "Hal ini disebabkan oleh kompleksitas dari kondisi zona subduksi di selatan Pulau Jawa," jelasnya.

Dia mengungkapkan, sifat gunung api yang kompleks tersebut disebabkan beberapa hal seperti laju subduksi yang mencapai 6,7 hingga 7 cm/tahun, perbedaan umur lempeng yang memasuki tiga bagian Pulau Jawa, hingga komposisi kerak lapisan terluar Pulau Jawa yang berbeda.

Mirzam mengungakapkan, ada hal menarik yang disebut Roo Rise atau oceanic plateu berdimensi luas 25.000 km persegi dengan ketebalan rata-rata 15 km.

Kondisi tersebut yang kemudian membentuk palung mundur ke arah utara sejauh 60 kilometer. Mundurnya palung ini merupakan akibat dari masuknya roo rise ke Palung Jawa sejak 1,1 atau 1,3 juta tahun lalu.

4. Muncul dari Jawa Timur hingga selatan Lombok

Masuknya roo rise ke palung menimbulkan gangguan yang memunculkan tonjolan yang terindentifikasi dari Jawa Timur hingga selatan Lombok. Tonjolan tersebut kemudian muncul sebagai gunung bawah laut, salah satunya di Pacitan yang sedang ramai dibicarakan.

Sebenarnya, jika diperhatikan lebih teliti ada terdapat 5-10 tonjolan yang membentang dari wilayah tersebut.

Khusus untuk di selatan Pacitan, Mirzam menyimpulkan, merupakan efek kompleksitas zona subduksi seperti komponen yang tidak homogen, perbedaan umur lempeng, dan roo rise yang mengganjal hingga timbulnya gangguan.

Jika dianalisis lebih dekat, roo rise yang masuk ke dalam palung akan terkerat sebagian. Sebagian slab yang bertemu lempeng di Pulau Jawa akan menimbulkan buoyant roo rise fragment hingga memunculkan tonjolan dan sebagian slab masuk ke dalam.

5. Bahaya atau tidak?

Kaprodi Magister Doktor Teknik Geologi itu juga mengungkapkan, sebagian slab yang masuk akan menentukan bahaya atau tidaknya gunung tersebut.

Diungkapkan, slab yang masuk tersebut terbilang masih cukup dangkal (10-15 km) sehingga menyebabkan potensi gunung api ini tidak seperti pada umumnya.

"Slab yang masuk baru mulai meleleh itu bukan pada kedalaman 10-15 km. Ini bukan tempat yang ideal. Kedalaman ideal lempeng samudera meleleh pada kedalam 120-180 km seperti gunung di Pulau Jawa lainnya," katanya.

Sementara itu, ciri-ciri yang menunjukkan gunung api seperti adanya panas merupakan akibat dari tumbukan dua buah lempeng di zona akresi.

"Jadi secara teoritis, harusnya itu posisinya bukan gunung api yang definitif kita pelajari, tapi ini morfologinya seperti kerucut gunung api, karena tadi adanya gangguan, panasnya dari collision tumbukan yang menghasilkan panas," katanya

Untuk memonitor agar kejadian ini bisa dihindari, dibutuhkan kolaborasi antar-disiplin ilmu. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM