RSLI Jelaskan CT Value Ekstrim 1,8

10 September 2021 18:30

Jatim.GenPI.co - CT value rendah ditemukan pada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tengah menjalani perawatan isolas Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI).

Pihak RSLI pun menjelaskan, angka CT value rendah pada sampel PCR milik sejumlah PMI dipengaruhi alat dan jenis swab PCR yang dilakukan.

Setiap metode dapat menghasilkan angka CT value yang berbeda-beda, karena satuan hitungannya. Sehingga saat menghitung CT harus memperhitungkan alat dan reagen.

BACA JUGA:  Mal di Malang Masih Sepi, Pengusaha Menjerit

"Memang di beberapa pasien ditemukan CT value rendah. Cuma yang perlu diwaspadai saat kita menghitung CT value itu, harus memperhatikan alat dan reagen yang digunakan," kata Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSLI, dr Fauqa Arinil Aulia, Jumat (10/9).

Tes PCR sendiri terdapat beberapa jenis, seperti iiPCR (insulated isothermal PCR) dan RT-PCR (reverse transcription PCR).

BACA JUGA:  Upaya Bupati Situbondo Genjot Ekonomi Tak Main-Main, Lihat

Fauqa menerangkan, sampel sejumlah PMI mempunyai angka CT value rendah yang tergolong esktream hingga 1,8. Mereka menjalani tes Covid-19 dengan metode iiPCR.

Dua metode itu kata Fauqa punya cara pemeriksanaan yang berbeda. Menurutnya untuk RT-PCR temperaturnya yang digunakan pada proses amplifikasi gen target bersiklu-siklus. Sedangkan untik iiPCR sendiri, temperatur cenderung lebih konstan (isothermal).

BACA JUGA:  Cegah Banjir, Pemkot Surabaya Keruk Saluran Hingga Area Sempit

"Jadi kalau misalkan terbaca rendah di satu reagen (iiPCR), dan di reagen (RT-PCR) yang lain bisa berbeda," ungkapnya.

Lebih lanjut, ketika nilai CT berada di angka 1,8 saat dites menggunakan metode iiPCR, lalu dikonversikan dalam satuan pada metoda RT-PCR, maka hasil yang muncul akan berada di bawah angka 20.

Sehingga angka tersebut dikatakan sama-sama rendahnya. Dengan begitu whole genome sequencing (WGS) harus dilakukan, sebagai langkah tindaklanjut.

Perihal deteksi keberadaan virus secara kuantitatif di dalam tubuh seseorang dua metode tersebut tak bisa dijadikan rujukan satu-satunya.

Hasil tes PCR yang sudah keluar perlu untuk dilakukan konfirmasi dengan melihat gejala klinisinya.

"Tapi seperti panduan Kemenkes tata laksana untuk gejala ringan, itu monitoring utamanya bukan dari PCR, tapi dari klinisnya. Apakah masih ada gejala, atau sudah membaik, atau belum. PCR dan CT value ini hanya penunjang," jelasnya.

Soal CT value yang rendah juga tak bisa digunakan sebagai pendetekai varian hang ada dalam tubuh seseorang.

"Varian itu baru bisa bilang setelah WGS, kalau belum ada data WGS kami belum bisa bilang," terangnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM