GenPI.co Jatim - Koordinator BMKG Jawa Timur, Taufiq Hermawan mengingatkan jika potensi banjir akibat luapan Kali Lamong di masih bisa terjadi akibat dari La Nina.
Ia mengatakan perlunya memahami La Nina karena banyak anggapan yang beredar fenomena itu diartikan sebagai badai.
Padahal La Nina merupakan suatu fenomena cuaca global yang menyebabkan curah hujan menjadi lebih tinggi, termasuk di wilayah Kabupaten Gresik.
"Karena La Nina ini, curah hujan meningkat 2-70 persen, ini yang perlu diwaspadai. Karena banjir ini utamanya terjadi karena tingginya curah hujan," katanya.
Kepala Klimatologi Malang, Anung Suprayitno mengatakan, La Nina berefek paling tinggi di periode September-November.
Tetapi, kata dia, tidak lantas membuat bulan Desember-Februari curah hujan menjadi rendah, sebab pada Desember-Februari merupakan periode yang menjadi puncak musim hujan.
Sebelumnya, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menjelaskan, bencana banjir akibat luapan Kali Lamong terjadi di wilayah Gresik Selatan.
Ia menyebut, Pemkab Gresik terus berupaya melakukan mitigasi bencana, salah satunya dengan ketersediaan sarana penampungan sementara yang layak bagi korban terdampak banjir.
"Kami tidak hanya melakukan pencegahan banjir, namun perlu diperhatikan juga mengenai penanganan korban banjirnya," katanya.
Lanjutnya, Pemkab Gresik telah menyiapkan 19 alat berat untuk normalisasi Kali Lamong, dan menginstruksikan Dinas PUPR segera menginformasikan apabila jumlah tersebut masih dirasa kurang.
Plt Kepala DInas DPUTR Kabupaten Gresik, Endoong Wahyukuncoro mengatakan alat berat tersebut dikerahkan diletakkan di sepanjang Kali Lamong untuk mengangkat sedimentasi sungai.
"Kami lakukan pengerukan karena kondisi banjir yang sudah mereda, hal ini membuat pengerukan semakin kami gencarkan di beberapa titik, mulai dari Kecamatan Balongpanggang hingga Kecamatan Cerme," kata Endoong. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News