GenPI.co Jatim - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menyebut kasus balita stunting pada triwulan terakhir 2020 turun 300 persen, dari 5.727 kasus menjadi 1.785 kasus.
Data tersebut merupakan total keseluruhan dari warga KTP dan non-KTP Surabaya.
"Dalam waktu tiga bulan ini, itu ada bayi stunting yang memang ternyata ada yang KTP Surabaya dan bukan KTP Surabaya," kata Eri, Selasa (7/12).
Meski angka stunting turun, namun dirinya tetap meminta jajarannya untuk melakukan pemetaan untuk merampungkan 1.785 kasus tersisa.
Mantan Kepala Bappeko Surabata ini menarget dalam beberapa waktu ke depan angka stunting di daerahnya harus sudah nol.
"1.785 itu kami pisahkan lagi. Kami sentuh dalam tiga bulan terakhir, maka dalam tiga bulan ke depan (stunting) harus titiknya nol," jelasnya.
Pemetaan dimaksudkan untuk mengetahui mana warga dengan KTP Surabaya dan Non Surabaya. Termasuk warga yang baru saja pindah KTP ke Surabaya.
"Nanti dari 1.785 dipetakan lagi mana yang baru pindah, mana yang bukan KTP Surabaya. Nanti biar kedepannya kami benar-benar tahu yang Surabaya harus kami jadikan nol persen (stunting) tiga bulan ke depan," tambahnya.
Dengan begitu, intervensi nantinya akan bisa berjalan maksimal dan tepat sasaran. Pun demikian dengan pemanfaatan anggaran yang dipersiapkan untuk penanganan.
"Jadi jangan sampai Surabaya yang menyediakan anggaran untuk orang Surabaya ketika tahu di Surabaya semuanya gratis dan disentuh, warga berbondong-bondong pindah ke Surabaya. Ini yang saya tidak ingin, makanya data harus kuat," tegasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News