Pria di Malang Mengeluh Kebutaan Usai Divaksin, ini Penjelasannya

07 Desember 2021 22:30

GenPI.co Jatim - Tim dokter RSUD Saiful Anwar Malang membeberkan penyebab kebutaan yang dialami seorang warga asal Kota Malang.

Warga yang diketahui bernama Joko Santoso (38) itu mengaku tidak bisa melihat setelah mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19.

Dokter spesialis mata RSUD Saiful Anwar Malang Wino Vrieda mengatakan, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui penyebab kebutaan yang dialami Joko Santoso.

BACA JUGA:  Serbuan Vaksinasi Maritim Jaga Optimisme Masyarakat Banyuwangi

"Dari hasil pemeriksaan lengkap didapatkan diagnosis terjadi peradangan pada saraf mata pasien, yang biasa disebut neuritis optik," kata Wino, Selasa (7/12).

Ia menjelaskan, peradangan pada saraf mata ini bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk infeksi. Namun, ada kalanya juga tidak diketahui penyebab peradangan.

BACA JUGA:  Dinkes Kabupaten Malang Gencar Vaksinasi, Rampung Akhir Tahun

Wino mengungkapkan, hingga saat ini belum ada laporan maupun hasil penelitian yang mengaitkan vaksinasi Covid-19 dengan gangguan penglihatan.

"Jadi, hingga saat ini belum ada literatur mana pun atau laporan yang bisa dengan pasti untuk menyatakan bahwa vaksinlah yang menjadi satu-satunya penyebab turunnya penglihatan pada pasien," katanya.

BACA JUGA:  Pria di Kota Malang Alami Kebutaan Usai Divaksin Covid-19

Pihaknya menuturkan, kasus peradangan saraf mata Joko terbilang kasus lanngka.

Sebelumnya, Joko Santoso mengeluh penglihatannya buram pada malam hari usai disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca pada 3 September 2021. Begitu terbangun Joko mendapati dirinya sama sekali tidak bisa melihat.

Kemudian Joko dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi. Sembilan hari setelah mengalami gangguan penglihatan penglihatannya mulai membaik.

"Pasien mulai menunjukkan perbaikan pada hari keempat, dengan sudah bisa melihat bayang-bayang," kata dokter Wino.

Saat ini Joko sudah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. "Pasien semakin menunjukkan perbaikan signifikan dalam menjalani pengobatan selama tiga bulan ini," kata Wino.

Setelahnya aan terus dilakukan evaluasi hingga enam bulan atau bahkan satu tahun. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM