
GenPI.co Jatim - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) yang menyebabkan ratusan korban jiwa, menjadi duka bagi Aremania.
Kejadian ini membuat banyak orang trauma, seperti halnya yang dirasakan Tubagus.
Dia merupakan Aremania yang hadir di Stadion Kanjuruhan pada saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1.
BACA JUGA: Pelatih Arema FC Buka Suara Pasca-kalah dari Persebaya
Tubagus menjelaskan, tragedi di Stadion Kanjuruhan sangat memukul psikis dan hatinya.
Bahkan ketika penembakan gas air mata itu terjadi, teriakan dan isak tangis seorang ibu dan anak-anak tak pernah hilang dari kepalanya. Suara yang awalnya semangat untuk mendukung tim Singo Edan berakhir dengan duka.
BACA JUGA: Gubernur Khofifah Siapkan Santunan untuk Korban Tragedi Kanjuruhan
“Suara minta tolong dan tangisan rasa takut masih ada di kepala saya. Di tribun gas air mata ditembakkan hingga tembok belakang tribun. Anak-anak menangis,” ucap Tubagus kepada GenPI.co Jatim, Minggu (2/10).
Tindakan anarkis aparat pengamanan yang dinilai sembrono itu menyebabkan luka bagi keluarga korban.
BACA JUGA: Tragedi Kanjurahan Tak Ada Hubungannya dengan Bonek
Dia menilai, setelah kejadian ini, sepak bola di Malang tidak akan sama seperti biasanya. Semangat mendukung tim kebanggaan menjadi bencana.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News