
GenPI.co Jatim - Eko menangis, air matanya tak terbendung ketika menceritakan Sabtu kelabu pasca-pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan.
Laga yang berlangsung lancar berubah menjadi mencekam di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Aremania asal Kecamatan Dau, Kabupaten Malang saat laga berada di Stadion Kanjuruhan. Dia memilih berjaga di luar stadion sembari nongkrong di warung kopi berdua dengan temannya.
BACA JUGA: Mahasiswa UINSA: Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan atau Kapolda Turun
“Saya waktu itu tidak masuk stadion meski punya tiket dan hanya ngopi di dekat Gate 10 bersama Sam Keceng,” kata Eko, Selasa (4/10).
Ketika pecah kerusuhan Eko diajak temannya untuk melakukan evakuasi di pintu 11, 12, 13, dan 14.
BACA JUGA: Pemilik Video Tragedi Kanjuruhan Diisukan Diculik, Polisi Jelaskan Sebenarnya
Sampai di pintu 12 dan 13, dia tak bisa membendung air matanya. Eko tak kuasa melihat teman-temannya dari komunitas suporter Curva Sud Aremania menjadi korban kerusuhan dalam tragedi Kanjuruhan.
“Saya melihat banyak korban di Gate 13 seperti kuburan adik-adik saya,” ujar Eko yang tak kuasa menahan air mata.
BACA JUGA: Doa untuk Tragedi Kanjuruhan dari Balai Kota Surabaya
Eko mendapati banyak suporter yang terhimpit tak bisa keluar. Dia pun mencari petugas pemegang kunci pintu stadion.
Artikel ini sudah tayang di JPNN.com dengan judul: Pengakuan Saksi Saat Gate 13 Stadion Kanjuruhan Tertutup, Orang Berbaju Hitam Si Pemegang Kunci
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News