Petani di Bondowoso Senang, Harga Kopi Tak Lagi Jatuh

11 September 2021 07:00

Jatim.GenPI.co - Petani kopi di Kabupaten Bondowoso senang lantaran harga kopi yang mereka jual ke tengkulak biasanya dihargai rendah.

Padahal di Bondowoso, kopi menjadi potensi unggulan karena hampir 30 persen perkebunan ditanami kopi.

Nah, maka dari itu, untuk menjaga agar harga tidak dihargai murah oleh tengkulak. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (Unej) dan PT Astra Internasional membina petani kopi di enam desa di wilayah Kecamatan Sumber Wringin sejak 29 Juli 2020.

BACA JUGA:  Kelompok Tani di Banyuwangi Senang Bukan Main, Hamdalah

Keenam desa itu yakni Desa Sukorejo, Sukosari Kidul, Tegal Jati, Sumber Wringin, Sumber Gading dan Rejo Agung, yang semuanya adalah desa di daerah penyangga Kawah Ijen yang menghasilkan kopi Arabika.

Petani di sana sempat berdebat dengan tim Unej, karena banyak lembaga yang memberikan pelatihan namun ditinggal begitu saja tanpa ada tindak lanjut.

BACA JUGA:  3 Jenis Sapi di Probolinggo Jadi Unggulan, Tujuannya Buat ini

Saleh yang merupakan Ketua Lembaga Masyarakat Desa-Hutan (LMDH) Wana Agung Sejahtera yang menaungi para petani kopi di Desa Rejo Agung mengatakan para petani kopi di desa setempat bergabung dalam LMDH karena mereka menanam kopi di lahan milik PT. Perhutani.

"Selama ini saya menjual kopi secara glondongan, biasanya dihargai paling tinggi Rp9 ribu perkilogramnya. Sebenarnya harga kopi akan lebih tinggi jika diolah dan biji kopi yang sudah diolah dengan melewati penjemuran yang baik bisa mencapai Rp250 ribu perkilogramnya," katanya.

BACA JUGA:  Petani di Sumenep Mulai Tanam Porang, Lahan Siap!

Harganya semakin tinggi jika sudah diolah menjadi kopi bubuk, namun terkadang petani butuh uang segera, sedangkan modal untuk mengolah kopi belum ada, sehingga menjualnya kepada para tengkulak karena kendala petani adalah pemasaran dan permodalan.

Banyak pembeli kopi Raung-Ijen hasil Bondowoso, namun mereka memilih memberi merk tertentu sehingga hilang nama Bondowoso saat dipasarkan.

"Sebenarnya permintaan kopi Raung-Ijen untuk memenuhi pasar lokal dan nasional masih terbuka lebar, tapi kami ingin memasarkan ke luar negeri agar keuntungan yang didapat oleh petani makin meningkat. Kuncinya petani harus bisa menjaga kualitas kopinya," katanya. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM