Petani Porang Merintih, Pemerintah Harus Ambil Langkah Solutif

31 Oktober 2021 16:00

Jatim.GenPI.co - Petani porang menjerit. Komoditi yang sebelumnya digadang-gadang jadi salah satu andalan ekspor saat ini harganya tengah anjlok. 

Faiq Azmi salah seorang petani porang di Selur, Kabupaten Ponorogo menyebut, minimnya pabrik sebagai tempat pengolahan menjadi faktor anjloknya harga beberapa tahun terakhir. 

"Tapi sayangnya, pemerintah tidak memberikan bantuan ke petani, bagaimana menampung segitu banyak umbi hasil panen," kata Faiq kepada GenPI Jatim, Minggu (31/10).

BACA JUGA:  Kemenperin Ekspor Porang, Harganya Terus Naik

Ia berharap, pemerintah tidak hanya hadir saat porang tengah naik daun saja. Namun, juga turut andil dalam pengolahan dan produksi. 

Faiq meminta ada skema yang benar-benar rinci tentang produksi porang di Jawa Timur. 

BACA JUGA:  Petani Porang Pusing Tujuh Keliling, Curhat Harganya yang Anjlok

Selain itu, dirinya meminta pemerintah hadir menjembatani para petani atau pembudidaya porang. Faiq menilai, beberapa aturan seperti undang-undang pangan milik Cina yang mewajibkan setiap produk masuk harus melalui assesmen.

"Salah satunya umbi/cip porang. Indonesia dianggap tidak memenuhi persyaratan undang-undang pangan cina itu," katanya. 

BACA JUGA:  Petani Sampai Wadul ke DPRD Jatim, Berikut Fakta Harga Porang

Harusnya, kata dia, bantuan bisa diberikan dengan menerbitkan lisensi assesmen oleh kementrian pertanian (Kementan) serta dari pemerintah provinsi.

Lisensi itu sebagai jaminan keamanan porang maupun produk olahannya yang ditanam oleh petani.

Pihaknya juga menyarankan agar pemerintah secepatnya mendaftar para petani, termasuk mendata wilayah kebun yang ditanami porang.

"Register ini agar menjamin petani melakukan budidaya dengan benar. jelas Persyaratan register itu cukup meribetkan petani, pemerintah yang harusnya turun ke petani. Jemput bola, jangan datang pas seremonial saja," ungkapnya. 

Pda kondisi normal harga umbi porang berkisar di angka Rp 7.000-8.500. Sedangkan saat ini, angka itu turun drastis menjadi Rp 4.000-5.000.

Kemudian untuk harga bibit relatif stagnan yakni dikisaran Rp 200-250 ribu per kilogram. "Karena ini mau musim tanam, harganya bisa naik. Kalau bulan Juni masih kisaran (harga) Rp 175 ribu," kata dia. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM