Jatim.GenPI.co - Praktisi kesehatan seksual dr Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS mengatakan sunat tak hanya sekadar budaya dan agama.
Lebih dari itu, sunat juga dapat mengurangi risiko penularan penyakit. "Selain dari aspek agama dan budaya, juga ada aspek kebersihan dan kesehatan," ujar Boyke, Sabtu (10/4).
BACA JUGA: 9 Makanan yang Baik Bagi Wanita, Rasakan Khasiatnya
Pria yang tidak disunat, kata dia, berpotensi terdapat kotoran atau bakteri yang menempel disekitar penis.
Kondisi normal, orang yang tidak disunat membutuhkan perawatan rutin pada kepala penis karena selalu tertutup kulup.
Human Papillomavirus (HPV) dapat memicu penyakti menular, yang dalam kondisi tertentu bisa memicu kanker.
Lantas seperti metode sunat yang baik, Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) Prof. Andi Asadul Islam menyarankan beberapa cara.
"Dulu awalnya sunat dengan cara konvensional. Didahului anestesi, terus dipotong," katanya.
Pemotongan dengan cara manual ini memiliki risiko, seperti perdarahan dan infeksi yang cukup tinggi. Kemungkinan itu terjadi karena adanya luka terbuka.
Sedangkan metode laser prinsip kerjanya sama seperti solder. Ketika lempeng besi tipis panas karena listrik pemotongan pun dilakukan.
BACA JUGA: Tips Merawat Kulit Selama Ramadan Menurut Ahli
Risiko perdarahan saat khitan, kata Andi, tergantung ukuran penis. Semakin besar ukuran penis, makin besar juga pembuluh darah sehingga risiko perdarahan makin besar.
Sementara metode klamp menggunakan alat semacam penjepit. Hanya penis dengan diameter maksimal 3,4 cm yang bisa menggunkan metode ini. Prosedur yang digunakan tanpa menjahit. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News