Keren! Mahasiswa ITS Gagas Masker Filter Karbon

01 Mei 2021 14:00

Jatim.GenPI.co - Pandemi Covid-19 belum juga usai. Bahkan dunia masih dibayangi peningkatan kasus akibat gelombang kedua penyebaran Covid-19. 

Penerapan protokol kesehatan masih menjadi satu-satunya jalan, selain upaya vaksin yang tengah digencarkan. 

BACA JUGA: 4 Resep Minuman Herbal Teman Berbuka Puasa yang Disarankan Ahli

Namun, belakangan pemakaian masker medis sekali pakai menyisakan masalah limbah.  

Berawal dari itu, mahasiswa Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Eunike Rhiza Febriana Setyadi melalui esainya, menggagas masker kain dengan filter dari limbah tempurung siwalan di bagian tengah. 

Limbah tempurung siwalan ini diubah menjadi karbon aktif penyaring virus. 

“Lapisan karbon aktif dapat memaksimalkan efektivitas penyaringan kotoran terutama virus,” ujarnya mengutip dari laman resmi its.ac.id belum lama ini. 

Kandungan karbon aktif ini dapat diperoleh dari kandungan selulosa yang sangat tinggi pada tempurung siwalan, yaitu sebesar 89,2 persen. Sementara, limbah siwalan ini terbilang banyak.  

“Selain harganya terjangkau, pemanfaatan buah siwalan juga dapat membantu perekonomian warga,” tegasnya. 

Sebelum dijadikan karbon filter masker, limbah siwalan diolah dengan mencucinya terlebih dahulu. Kemudian dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air. 

Setelah itu, dilakukan tahap karbonisasi dengan cara dipanaskan dalam tanur pada suhu 300 derajat celsius selama sejam. 

“Tempurung siwalan ini akan berubah menjadi bentuk arang yang kemudian didinginkan, digiling dan diayak hingga arang berukuran 90 mesh,” ungkapnya. 

Lalu arang tersebut dimasukkan tahap aktivasi, dengan merendam arang dalam natrium karbonat (Na2CO3) 25 persen. 

“Penggunaan Na2CO3 karena sifatnya yang nontoxic sehingga ramah lingkungan dan harganya terjangkau dibandingkan aktivator lain,” imbuhnya. 

Ike menjelaskan bahwa aktivasi dilakukan selama 24 jam dengan perbandingan massa arang dan volume aktivator adalah 1:10. 

Selanjutnya dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring, pencucian arang aktif dengan aquades, lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 150 derajat celsius selama empat jam.

BACA JUGA: 2 Crazy Rich Surabaya Ditantang, Adu Kekayaan?

Terakhir, bentuk menjadi lembaran tipis. Karbon aktif perlu ditambahkan bubuk kitosan yang sudah dilarutkan dalam asam asetat 2 persen, dengan perbandingan 50:50. 

“Senyawa kitosan ini antimikroba, tidak beracun, dan memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi,” tandasnya meyakinkan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM