Jatim.GenPI.co - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Surabaya masih dikaji. Pemkot masih terus melihat perkembangan angka pasien Covid-19.
Pengamat Pendidikan, Martadi mendukung prinsip kehati-hatian dalam menyelenggarakan pembelajaran tatap muka.
BACA JUGA: Dispendik Surabaya Tak Mau Salah Langkah Gelar Sekolah Tatap Muka
Menurutnya, penyelenggaraan PTM tetap harus memperhatikan warna zona yang ada. Namun, perlu ada skema penerapan kurikulum darurat jika PTM harus diundur.
"Jadi kurikulum darurat yang dirancang sekolah harus dilakukan. Dengan mengurangi kompetensi inti dasar dan melihat yang lebih esensial," ujarnya belum lama ini.
Untuk kurikulum yang diterapkan pada luring maupun daring disarankan agar tidak kaku. Dalam hal ini kata dia harus ada inovasi pembelajaran.
Kemudian, pengembangan karakter dan psikologi sosial juga perlu dilakukan.
"Aspek akademiknya bisa dikurangi dan lebih diutamakan bagi penumbuhan karakter dan psikologi anak," katanya.
Operasional dari kurikulum darurat mengacu pada masing-masing zona kasus Covid-19. Dispendik Surabaya diminta aktif memilih fleksibilitas dalam pengembangan.
"Jadi setiap daerah diberikan keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum darurat. Dan tentu di masing-masing," katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Juli Poernomo Slamet meminta Dispendik Surabaya untuk meninjau kembali PTM pada bulan Juli nanti.
BACA JUGA: Akhirnya, Polisi Bubarkan Penyekatan Tes Antigen di Suramadu
Ia menyarankan agar perkembangan Covid-19 benar-benr diperhatikan.
"Pendidikan itu memang penting. Tapi, lebih utama menjaga kesehatan dan keselamatan anak-anak dan guru-guru jadi harus ditinjau kembali," kata dia. (nan)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News