
GenPI.co Jatim - Harga mi instan diprediksi naik, sebagai imbas perang Ukraina dan Rusia. Sebagaimana diketahui dua negara itu merupakan penghasil gandum terbesar dunia sekitar 30-40%.
Kabar naiknya harga mi instan ini membuat anak kos hanya bisa pasrah, hal ini otomatis membuat pengeluaran mereka lebih banyak.
Salah satu anak kos yang ditemui GenPI.co Jatim di kawasan Watu Gong, Kota Malang Nasruddin mengungkapkan jika harga mi instan naik tentunya akan berimbas pada pengeluaran bulanannya.
BACA JUGA: Viral Video Preman Gebrak Mobil di Malang Akhirnya Ditangkap
Dia juga harus mempersiapkan alternatif makanan lain untuk bisa bertahan selama akhir bulan.
"Mungkin kalau naiknya langsung tinggi ya oromatis masak yang lain, karena kan ada biaya tambahan untuk beli mie itu. Mau gak mau harus cari penggantinya, padahal mi adalah makanan murah ramah kantong," ucap pria yang akrab di sapa Didi ini, Kamis (21/7).
BACA JUGA: Minyak Goreng Subsidi Belum Ada di Kota Malang, Mohon Sabar
Selain itu, dia juga menganggap jika kebijakan menaikkan harga mi instan harus dikaji ulang, sebab sampai saat ini, kebutuhan pangan yang beredar di masyarakat masih tergolong tinggi.
"Kalau mi instan naik seharusnya bahan pangan lainnya itu berangsur turun. Kalau saya amati di beberapa pasar harga bahan pokok dan pangan masih tinggi. Mungkin masyarakat yang menengah kebawah akan kesulitan," imbuhnya.
BACA JUGA: Masuk Radar Pilgub 2024, Eri Cahyadi Beri Jawaban Elegan
Selaras dengan hal tersebut, mahasiswa perantauan asal Kalimantan Timur Abdullah Furkon menuturkan bahwa kebijakan menaikkan harga mi instan sangat berdampak bagi masyarakat menengah kebawah. Pasalnya, mi instan merupakan makanan alternatif yang bisa dikonsumsi oleh siapapun.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News