Kisah Buruh Wanita Asal Lumajang, Berangkat Dini Hari, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM

Kisah Buruh Wanita Asal Lumajang, Berangkat Dini Hari, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM - GenPI.co JATIM
Para buruh wanita yang mengikuti aksi demo di depan Gedung Negara Grahadi. (Foto: Ananto Pradana/GenPI.co Jatim).

Sementara itu, ditanya soal pendapatannya perbulan, Lia mengaku, mendapatkan Rp 2.5000.000 sebagai seorang pekerja.

Jumlah itu disebutnya memang di atas UMK Lumajang yang sebesar Rp 2.160.000.

Meski upaya bulanannya melebihi UMK, hal itu tetap dirasanya kurang lantaran melihat besaran kenaikan BBM yang bakal diterapkan.

BACA JUGA:  Duh, Gawat! Satu Desa di Probolinggo KLB Difteri

Sebagaimana yang diketahui, jika pemerintah benar-benar menaikan harga BBM, besaran harga Pertalite bakal menjadi Rp 10.000 perliternya.

"Dua hari sekali isi bensin Rp 30 ribu, itu juga-kan harga Pertalite masih sekian (hitungan harga lama), kalau nanti sudah naik bisa jadi Rp 40-50 ribu," terangnya

BACA JUGA:  Profil Timbul Prihanjoko, Bupati Probolinggo Pengganti Puput Tantriana Sari

"Itu untuk saya yang Rp 2.500.000, apa lagi yang (pendapatannya, red) di bawah itu. Belum lagi mereka yang outsourching yang nantinya setiap saat bisa di PHK," lanjutnya.

Oleh karenanya, Lia beraharap, pemerintah bisa benar-benar menghitung dampak kebaikan harga BBM dengan melihat pendapatan bulanan yang diterima oleh masyarakat.

BACA JUGA:  Ratusan Buruh Bakal Demo BBM di Grahadi, Cek Rutenya

"Dibuktikan dengan kenaikan harga BBM yang sangat tidak memperhatikan pendapatan rakyat, terutama warga miskin di seluruh Indonesia. Pemerintah sudah tidak ada rasa empati kepada rakyat," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya