Pakar: Asuransi Pertanian Masyarakat Masih Minim

09 Maret 2021 15:00

Jatim.GenPI.co - Pakar Pertanian, Surya Vandiantara menilai kesadaran petani di Indonesia terhadap asuransi pertanian. 

Mayoritas petani yang merupakan masyarakat pedesaan menjadi penyebab utamanya. 

BACA JUGA: Bupati Ipuk Beri Bantuan Bibit Hortikultura Ke Petani Banyuwangi

Surya menyarankan Kementerian Pertanian untuk membuat strategi khusus memecahkan masalah tersebut. "Ini perlu strategi khusus, dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk menyelesaikan persoalan ini," kata Surya di Surabaya, Selasa (9/3). 

Ia menyayangkan banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, namun tidak mau mengikuti asuransi pertanian dan peternakan. Padahal asuransi ini dapat mengganti kerugian petani. 

Fungsi utama asuran pertanian yakni untuk memitigasi risiko atau menyelamatkan petani ketika terjadinya gagal panen. 

"Ketika terjadi gagal panen di periode pertama, dan modalnya habis, pupuknya, bibitnya habis, yang sudah digunakan dan ternyata gagal. Harapannya dengan adanya asuransi, maka di periode selanjutnya petani masih bisa berproduksi," katanya. 

Namun, Surya memberi catatan pada asuransi pertanian ini. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 

"Pertama, terkait dengan premi asuransi, siapa yang akan membayar premi tersebut. Karena berhubungan dengan siapa yang berhak menerima manfaat atau klaim dari asuransi pertanian," imbuhnya. 

Budaya di Indonesia terbagi dalam dua kategori, yakni buruh tani, dan pemilik lahan. Pada posisi tersebut siapa yang harus membayar premi. 

"Apakah si buruh tani itu harus membayar atau cukup si pemilik lahan saja yang membayar," ungkapnya. 

Menurutnya ini harus dipecahkan masalahnya. Kalaupun cukup pemilik lahan saja yang membayarkan premi, apakah pemilik lahan tersebut yang berhak atas klaim atau manfaat dari asuransi. 

Sementara, ketika terjadi kegagalan panen yang merasakan dampaknya tidak hanya si pemilik lahan, tapi juga buruh tani.

Masalah kedua terkait sosialisasi. Menurutnya ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap asuransi secara umum.

Ia mengatakan, negara maju berbeda dengan negara berkembang. Di negara maju tingkat kesadaran berasuransi tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, tentunya memiliki kesadaran asuransi yang tidak lebih tinggi. 

Ketiga, soal klaim asuransi. Surya mengatakan, seringkali nasabah pemegang polis kesulitan dalam mengakses klaim.

"Nah jangan sampai di pertanian ini juga mengalami permasalahan serupa, jadi masyarakat perdesaan, ini tentu akan menjadi masalah," tegasnya. 

BACA JUGA: Pemkab Ngawi Punya Cara Ampuh Jaga Harga Gabah

Terakhir, Surya mengingatkan adanya campur tangan tengkulak pada setiap panen. Mereka ini yang terkadang memberikan pinjaman ke petani, dan itu manfaat dirasakan langsung oleh para petani yang kecil-kecil. 

"Artinya ketika si tengkulak ini memberikan uangnya atau manfaatnya kepada para petani dengan mudahnya, maka klaim itu harus lebih mudah dibandingkan uang yang diberikan tengkulak kepada petani," pungkasnya. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM