Peneliti Unej Kembangkan Varietas Padi Plasma Nutfah, Apa Itu?

11 Mei 2021 23:00

Jatim.GenPI.co - Mohammad Ubaidillah peneliti yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember mengembangkan varietas padi baru.

Varietas padi baru tersebut berbasis plasma nutfah padi lokal, karena padi menjadi salah satu tanaman penting bagi Indonesia.

BACA JUGA: Ponpes di Madura Patut Ditiru, Mandiri Penuhi Kebutuhan Santri

Menurutnya pemilihan plasma nutfah padi lokal sebagai basis pengembangan varietas padi baru karena beberapa faktor keunggulan.

Diantaranya plasma nutfah padi lokal sudah terbukti mampu berkembang dan bertahan di kondisi alam Indonesia.

"Plasma nutfah padi lokal yang kita miliki ini adalah jenis padi lokal yang hidup di berbagai daerah di Indonesia yang sudah mengalami evolusi secara alami tanpa campur tangan manusia dan terbukti mampu tumbuh berkembang di alam Indonesia," tuturnya.

Ubaidillah saat ini memiliki kurang lebih 100 plasma nutfah padi lokal dan 20 plasma nutfah padi dari Jepang, Korea Selatan, dan China.

Semuanya tersimpan di laboratorium Program Studi Agroteknologi dan laboratorium CDAST Unej.

Koleksi plasma nutfah padi lokal tersebut di antaranya padi varietas Bondowoso-1, Bulu Hideung, Ketan Keuyup, Merah Wangi, Kewah Gudril dan lainnya, sedangkan plasma nutfah padi non-lokal yang menjadi koleksinya diantaranya Nippon Barre dari Jepang.

"Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal yang setiap jenisnya memiliki keunggulan tersendiri, bahkan ada jenis padi yang tidak disukai oleh hama seperti binatang karena kulit luarnya membuat gatal bagi tikus dan burung yang memakannya," katanya.

Ia mengatakan kini tidak banyak petani menanam padi lokal karena umur tanamnya lama dan produktivitasnya rendah.

BACA JUGA: Legislator Ini Pilih Pupuk Organik, Lebih Untung Katanya

Sehingga berbeda dengan padi hibrida seperti jenis IR-64 yang dalam jangka waktu 125 hari sudah dipanen, hasil panen juga lebih banyak dibandingkan padi lokal.

"Namun, perlu diingat, padi hibrida seperti padi IR-64 juga memiliki kekurangan karena bukan plasma nutfah lokal maka rentan dengan gangguan hama dan tidak selalu cocok ditanam di semua wilayah di Indonesia, sehingga beda dengan padi lokal yang memang sudah terbukti cocok dengan lingkungan dan iklim setempat," ujarnya. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM