Ternyata Ketahanan Pangan Indonesia Masih Rendah

17 Maret 2021 14:00

Jatim.GenPI.co - Indeks ketahanan pangan Indonesia masih terbilang rendah. Justru Singapura, negara kecil sebelah Utara Riau itu menempati urutan pertama. 

Data Global Food Security Index 2019, ketahanan pangan Indonesia menempati urutan ke 62 dari 113 negara. 

BACA JUGA: Gapoktan di Kediri Ekspor Padi Organik Buatannya, Ajib!

"Sementara Singapura menempati posisi pertama dalam daftar tersebut," ujar dosen Fakultas Pertanian UGM Jangkung Handoyo Mulyo mengutip umm.ac.id, Sabtu (13/3)

Jangkung yang menjadi keynote speaker pada Kolokium Doktor Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM tentang agrobisnis itu menambahkan, tingkat produksi prouksi bahan pokok Indonesia juga masih rendah. 

Impor bahan pangan, seperti jagung, kedelai, gula, dan daging sapi masih cukup tinggi. 

"Tahun 2019, produksi padi di Indonesia hanya bertumbuh 0,31 persen sementara produksi padi dunia bertumbuh 1,25 persen," katanya.

Tak hanya itu, produksi kedelai juga masih minim. Indonesia hanya mampu memproduksi 2,08 persen, sementara di dunia mencapai 4,1 persen. 

"Hal ini seharusnya memacu kita untuk meningkatkan akses dan ketersediaan pangan di Indonesia untuk kedepannya," kata lagi.

Dosen FPP UMM, Bambang Yudi Ariadi mengakui ad sejumlah permasalahan di bidang agribisnis yang harus diselesaikan Indonesia. 

Pertama, lemahnya keterkaitan antar masing-masing pelaku agribisnis. Kedua, masih menggunakan cara-cara konvensional dalam pengembangannya. Ketiga, jumlah petani masih terbilang kecil dengan lahan yang dimiliki kurang dari satu hektar. 

Bambang menyarankan, adanya sinkronisasi antar pelaku duni apertanian dari hulu higgga hilir. 

"Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga akan mendorong perkembangan agribisnis di Indonesia," kata dia. 

"Selain dapat memperbaiki perekonomian Indonesia, agribisnis yang baik juga akan membuka banyak lowongan pekerjaan di Indonesia," imbuhnya

BACA JUGA: Jaga Pasokan Cabai Supaya Aman, Pemkab Kediri Atur Pola Tanam

Dekan FPP UMM David Hermawan berharap bahwa acara kolokium doctor ini dapat menjadi penerang hati masyarakat, juga bisa membuat pembangunan agribisnis nasional berdikari dan mandiri. 

"Semoga acara ini dapat menjadi pengubah dan penggerak agribisnis nasional. Paling tidak dapat mengurangi permasalahan-permasalahan  pangan di Indonesia," tandasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM