Insomnia Jangan Disepelekan, Kenali Jenisnya

06 Januari 2022 13:00

GenPI.co Jatim - Susah tidur jangan disepelekan. Bisa jadi itu insomnia, yakni gangguan tidur dalam jangka waktu yang lama.

Dokter spesialis kejiwaan dr. Lusiana Winata, SpKJ mengatakan, gangguan tidur ini bisa menyebabkan permaslaahan klinis hingga masalah pada fungsi sosial, pekerjaan, pendidikan, hingga perilaku,

Tanda insomnia muncul ketika tubuh merasakan kesulitan tidur, setidaknya 3 malam per minggu. Kondisi tersebut biasanya berlangsung selama 3 bulan atau lebih.

BACA JUGA:  Ajaib, Minum Susu Malam Hari Bikin Tidur Lebih Nyenyak

Bila tanda tersebut telah muncul, ada baiknya untuk mengobatinya ke psikiater. Biasanya, psikiater akan mengassesmen pasien terlebih dahulu.

“Kalau pasien datang dengan keluhan susah tidur, kami asesmen dulu, kami wawancara dulu. Ini masuknya insomnia mana, primer atau sekunder,” ujarnya, Rabu (5/1).

BACA JUGA:  Insomnia? Coba Konsumsi Buah Kiwi

Dia membagi insomnia dalam dua jenis, sekunder dan primer. Insomnia sekunder berikatan dengan gangguan kesehatan mental, seperti cemas atau depresi.

“Insomnia sekunder itu pertama kami cek dulu fisiknya, ada masalah atau tidak, apakah dia punya masalah fisik yang membuat pasien susah tidur," kata dia.

"Kalau misalnya tidak ada, berarti cek lagi, ada suatu life event-kah atau ada masalah apa,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Simak ini Cara Mengatasi Insomnia Tanpa Obat, Semoga Bermanfaat

Bila sudah diidentifikasi, kemudian menjalani sesi psikoterapi tanpa menggunakan obat-obatan. Kendati, Lusiana mengakui terkadang terapi obat dibutuhkan.

Sementara, insomnia primer tidak berkaitan denan masalah kesehatan mental. Hanya, Lusiana menyebutkan, jarang menangani pasien yang mengaami jenis itu.

Penderita insomnia primer akut biasanya akan menurun kualitas aktivitas sehari-hari.

Pada kasus ini psikiater mengambil tindakan farmakologi terlebih dahulu. Yakni membantu pasien tidur dengan memberi obat penenang-hipnotik.

“Pada pasien-pasien seperti itu, kadang yang dia butuhkan adalah tidur dulu. Kalau dia sudah tidur dan pikirannya sudah rileks, baru kami bisa masuk ke psikoterapi selanjutnya. Kami gali, ada apa sih sebenarnya, kenapa dia sampai tidak bisa tidur, dan seterusnya,” katanya.

Soal obat ini, Lusiana menegaskan bahwa penggunaannya dibatasu atau hanya jika benar-benar dibutuhkan. Dosisi yang dipakai juga harus dipertahankan dalam kadar rendah. Hal ini untuk mencegah efek negatif seperti adiksi.

“Perlu diketahui, hati-hati dengan obat penenang. Untuk mengurangi adiksi obat penenang atau alprazolam itu mau tidak mau harus datang ke psikiater. Jadi psikiater yang bisa bantu untuk mengurangi dosisnya,” kata Lusiana.

Dia menjelaskan, orang yang sudah adiksi dengagn obat penenang biasanya pola pemikirannya salah, yakni menganggap dirinya tidak bisa tidur apabila tak meminum obat penenang. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM