
Berangkat dari hasil riset ini lah, Ilmu Komunikasi UB dan Nava+ mencanangkan branding baru bernama Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan.
“Ada unsur Retropolitan di dalamnya karena kami ingin memberikan semangat vintage culture yang menghasilkan kolaborasi kreatif yang transformasi dan inovasi budaya,” tutur Ignasius Seno.
Selain itu, pihaknya juga ingin melestarikan tradisi gotong royong yang memiliki nilai tambah dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
BACA JUGA: Syarat Tes Covid Dihapus, Epidemiolog Unair: Kurang Tepat
“Kita juga menggelorakan gerakan romantisme tempo doeloe dengan mengeksplor berbagai ekspresi sejarah, estetika, multietnis dan budaya lintas masa yang bertransformasi ke masa modern,” sambung Ignasius Seno.
Sebagai upaya mendukung branding tersebut, para pelaksana kegiatan telah membuat beberapa hasil lain seperti website tentang Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan, lomba video kreatif yang diikuti ratusan peserta, serta memproduksi brand book tentang Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan.
BACA JUGA: Cuaca di Kota Malang Tak Menentu, Harap Waspada
Sementara itu, Mila perwakilan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampoeng Heritage Kajoetangan mengapresiasi sumbangsih yang telah dilakukan salah satunya memunculkan branding retropolitan di kampung kayutangan.
“Semoga ini membawa keberkahan dan secara bertahap hal hal yang sudah dicanangkan di destination branding ini berjalan dengan baik,” harapnya. (*)
BACA JUGA: Fakta Mengejutkan dari Penemuan Anak Buaya Muara di Kediri
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News