
Tersendatnya arus barang dan jasa global ini tentu akan berpengaruh pada ekspor impor.
Meskipun Rusia dan Ukarina bukan mitra dagang utama Indonesia, namun hubungan Indonesia dengan negara pimpinan Vladimir Putin bersifat nistalgic. Dampak langsungnya lebih ke arah sektor perdagangan.
"Konflik itu dapat berdampak pada bahan makanan yang diimpor oleh Indonesia dari Ukraina, terutama gandum, besi dan baja (23 persen), dan lainnya 2 persen," katanya.
BACA JUGA: Konflik Rusia dan Ukraina, Indonesia Disebut Bisa Cegah Perang
Dia mengatakan, produsen mi, roti, dan tepung yang bergantung pada impor gandum dari Ukraina harus dilakukan diversifikasi untuk komoditas tertentu.
Ukraina meruapkan top supplier bagi gandum Indonesia karena lumbung gandum banyak berlokasi di daerah timur (Ukraina Timur).
BACA JUGA: Kabar Bahagia untuk Devina dan 4 Mahasiswa Unej Korban Semeru
Data dari APTINDO menggambarkan bahwa konsumsi terigu di Indonesia tumbuh 4,6 persen pada tahun 2021. Konsumsi gandum terbanyak dari sektor bisnis bakery.
Harga gandum yang memungkinkan naik karena invasi tersebut tentu akan berpengaruh pada sektor tersebut.
BACA JUGA: Dok Diputuskan! Dosen Unej Kasus Pencabulan Dihukum Penjara
Komoditas lainnya yakni minyak sawit mentah (CPO) yang 56 persen dan 88 persen ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News