
Dia kemudian menjalani rawat inap di Rumah Sakit Hasta Brata, Kota Batu selama 3 hari.
"Suratnya yang keluarkan hastabrata. Saya 3 hari di rawat inap. (Teman-teman, red) enggak apa-apa. Cuma (keluhan, red) pernapasan saja, red)," ujarnya.
Saksi korban kedua, yakni Estu Aji Kuncoro mengungkapkan, melihat asap yang muncul dari tribune nomor 13. Namun, dia tak melihat dari arah mana gas air mata itu ditembakkan.
BACA JUGA: Kesaksian Pemilik Warung Saat Tragedi Kanjuruhan, Dengarkan Banyak Jeritan
"Lihat asapnya saja, yang nembak enggak lihat. Asap dari (tribune nomor, red) 13," jelasnya.
Sama seperti Eka, Estu juga menyelamatkan diri melalui jalur darurat yang biasa digunakan ambulance.
BACA JUGA: Polisi Beri Kesaksian Detik-Detik Mencekam di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan
"Menyelamtkan diri, saya lewat pintu utama lewat jalannya ambulance. Lebih longgar lewat sana," ujarnya.
Tak berselang lama, dia kemudian mengaku merasa mual dan memutuskan untuk membeli air mineral. Selain itu, ada sesak yang juga dirasakannya.
BACA JUGA: Cerita Eka Sandi Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan, Lemas Terkena Gas Air Mata
Dia juga mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hasta Brata, Kota Baru. "Muntah-muntah saya. Sempat ke rumah sakit, minggu malamnya 2 (Oktober, rd), ke rs Hasta Brata. Rawat inap 3 hari 2 malam, sesak," terangnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News